Sinopsis Andi M. Sadat untuk: “Re-Code Your Change DNA” (Rhenald Kasali)

Dunia yang kita huni berubah terus-menerus, banyak masalah dan tuntutan baru bermunculan yang sebelumnya tidak kita pikirkan. Organisasi juga banyak mengalami perubahan, tapi sudahkah manusia sebagai aktor utamanya ikut berubah? Tuntutan-tuntutan baru tentu saja menuntut cara bekerja dan cara berpikir yang baru. Mereka yang bertahan dengan cara berpikir today is tomorrow tentu saja akan tergilas tsunami perubahan.
 
Perubahan menuntut langkah-langkah responsif dan langkah seperti itu hanya mampu dilakukan oleh mereka-mereka yang mampu berpikir terbuka dan tidak terbelenggu oleh masa lalu. Fakta menunjukkan banyak komunitas dan organisasi terus mengalami kemunduran dan harus gulung tikar karena tidak responsif terhadap tuntutan lingkungan. DNA mereka tidak lagi fit dengan tuntutan jaman.
 
Lalu, DNA apakah yang dimiliki agar dapat responsif terhadap perubahan? Sejak lama para ahli menemukan bahwa setiap makhluk hidup memiliki DNA (Deoxyribo Nucleic Acid). Majalah National Geographic (Maret 2006) menulis bahwa: setetes darah manusia berisi buku sejarah yang ditulis dalam bahasa genetika kita. Unsur ini sangat penting karena memberikan banyak indikasi bagi hidup seseorang meskipun belum diketahui secara pasti apakah gen-gen ini juga memiliki catatan tentang kemampuan adaptasi yang dimiliki seseorang. 
 
Gairah para peneliti tampaknya akan semakin tinggi untuk mengungkap berbagai hal yang berhubungan dengan DNA, terutama dukungan teknologi yang demikian pesat.  Dari studi-studi mutakhir terlihat bahwa para ahli genetika mulai tertarik memasuki arena personality (kepribadian) dan perilaku. Dengan demikian, ilmu genetika biologi (biological genetics) telah membentuk cabang baru, yaitu genetika perilaku (behavioral genetics).
Teori-teori dalam behavioral genetics telah menunjukkan bahwa kepribadian manusia tidak sepenuhnya dibentuk oleh lingkungannya, melainkan juga oleh genetika yang diwariskan oleh pendahulunya.
 
Teori-teori dalam behavioral genetics telah menunjukkan bahwa kepribadian manusia tidak sepenuhnya dibentuk oleh lingkungannya, melainkan juga oleh genetika yang diwariskan oleh pendahulunya. Beberapa studi  telah dilakukan diantaranya terhadap 700 remaja dan orang tua mereka, ditemukan adanya hubungan genetika yang kuat dalam perilaku-perilaku antisosial, depresi dan prestasi akademik. Sekitar 71 hingga 89 persen hubungan tersebut terbentuk karena unsur genetika (perilaku). Faktor lainnya disebut “non-shared environmental influences” yaitu unsur Non-DNA, sesuatu yang dibentuk oleh lingkungan.
 
Artinya meskipun unsur DNA yang dibawa sejak lahir sangat menentukan, namun faktor lingkungan juga menjadi penting. Fakor lingkungan tersebut termasuk pengalaman hidup, keluarga, teman dan guru yang kita temui hingga buku yang kita baca. Semuanya turut mempengaruhi respon kita terhadap perubahan. Jika ditelusuri lebih jauh sebuah bangsa atau suku dari rumpun yang sama ternyata memiliki komponen genetika yang mirip satu sama lain, sehingga secara kasat mata kita dapat mendeteksi asal-muasalnya. Stereotiping kita mengatakan Padang, Bugis atau Orang Cina adalah pedagang, namun di tanah kelahirannya mereka bukanlah pedagang. Kenapa demikian? 
 
Jawabannya karena unsur DNA yang dimilikinya telah ber-mutasi dengan lingkungannya. Interaksi yang intens ini berkembang dan membentuk belief dan personality. Pertanyaan selanjutnya, apakah seseorang yang memiliki DNA unggul dengan sendirinya akan menjadi unggul? Jawabannya belum tentu. Sangat bergantung sejauh mana kabut yang menyelimutinya dapat disingkap. Ibarat batu cadas, harus ada seorang maestro yang bisa melepas tabir serpihan batu sehingga bisa menghasilkan patung yang indah. 
 

Re-Code DNA

Inti perubahan selalu dimulai dari faktor manusianya. Manusialah yang menjadi fokusnya termasuk dalam menentukan pilihan-pilihan perubahan. Bukan pada alat-alat atau masalah yang kita hadapi (first who then what). Kita tidak akan bisa sukses menjalankan berbagai konsep-konsep dan strategi bisnis sebelum memberi perhatian pada cara orang-orang kita berpikir, sebab pada akhirnya setiap konsep-konsep yang hebat tersebut akan berpulang pada bagaimana eksekutif menjalankannya. Mereka yang terlibat bekerja harus memiliki cara berpikir dan visi yang sesuai sehingga ritme perubahan bisa mendapat tempat dan terkawal bersama.
 
Agar dapat bergerak bersama, mereka harus memiliki cara berpikir yang sama. Dengan demikian, serpihan batu cadas yang menutupi keindahan seluruh elemen organisasi harus disingkirkan. Unsur-unsur DNA yang membelenggu harus di Re-Code agar memiliki DNA unggul yang fit dengan kebutuhan perubahan. Lalu, seperti apakah syarat DNA yang unggul itu?

Akronim Perubahan: OCEAN

DNA yang unggul harus memiliki beberapa unsur keterbukaan yang terangkum dalam akronim OCEAN (Costa & McCrae, 1997). Masing-masing unsur tersebut adalah:

  1. Keterbukaan terhadap Pengalaman Hidup (Openness to Experience). Keterbukaan ini juga disebut sebagai keterbukaan pikiran. Sering dikatakan bahwa “all people have brain, but only few use their mind”. Dengan demikian tidak sewajarnya otak kita hanya digunakan untuk menyimpan dan merekam informasi, melainkan harus pula memproses dan mengeluarkannya sehingga dapat berfungsi optimal. Orang-orang yang memanfaatkan otak mereka untuk berpikir dan merenung akan membuat hidupnya dan orang lain menjadi lebih kaya, penuh warna
  2. Keterbukaan Hati dan Telinga (Conscientiousness).  Mereka bukan sekedar mendengar, tetapi menyaringnya dalam hati dan pikiran. Mereka bergerak penuh disiplin dengan perhitungan yang matang. Tidak random dan membabi buta melainkan dengan cara-cara yang sistematis.
  3. Keterbukaan terhadap Orang Lain (Extroversion). Manusia yang mengurung diri, menjauhkan dirinya dari orang lain tidak akan pernah bisa berempati. Oleh sebab itu membuka diri terhadap orang lain menjadi unsur penting, pengaruh bukan muncul dengan sendirinya, melainkan timbul karena kita peduli terhadap lingkungan di sekeliling kita.
  4. Keterbukaan terhadap Kesepakatan (Agreeableness). Tidak mudah berkonflik dan tahu mana kawan mana lawan menjadi sangat penting. Sikap dan niat yang tulus mendorongnya untuk menghindari konfrontasi dan memilih cara-cara damai dalam menyelesaikan masalah. Yang utama dalam unsur ini keinginan besar untuk berkorban dan membangun kepercayaan pada orang lain.
  5. Keterbukaan terhadap Tekanan-tekanan (Neuroticism). Siapa pun pelaku perubahan pasti akan berhadapan dengan berbagai tekanan dan embago. Lihatlah sejarah bangsa-bangsa, agama, hingga perusahaan, tidak jarang mereka harus berhadapan dengan bahaya besar saat mengusung perubahan. Orang-orang yang tidak pernah terbuka dengan tekanan tidak akan pernah melakukan apa pun selain bertarung dengan diri mereka sendiri. Sebaliknya keterbukaan besar terhadap tekanan-tekanan akan menghasilkan manusia-manusia dengan mahakarya perubahan yang akan dikenang sepanjang masa.

Maka beruntunglah organisasi yang memiliki orang-orang dengan kadar OCEAN yang tinggi. Di tangan mereka organisasi akan terus tumbuh, fit dengan tuntutan perubahan. Mereka selalu mencoba menemukan cara-cara baru, membebaskan diri dari segala bentuk belenggu sehingga mampu membawa organisasi terus tumbuh dan berusia panjang.

Jakarta-MMUI
 
(sumber : www.pentastrategic.com)
Share on Google Plus

About Unknown

Menjadi media informasi dan berita seputar kegiatan korporasi dan pembelajaran manajemen sebagai kontribusi peningkatan perekonomian Bangsa Indonesia

0 komentar:

Posting Komentar